Pages

Wednesday, 9 July 2014

Galau UN (Ujian Nasional)



Penghujung masa SMA menjadi momen yg dipenuhi banyak tekanan. Gue nggak pernah segalau saat itu bro :v  Di sini akan diceritakan kembali sekelumit kisah kegalauan seorang anak SMA (halah)

Di akhir semester enam mulai hiruk pikuk persiapan UN (Ujian Nasional), UN menjadi trending topic di kalangan anak SMA, apakah akan dilaksanakan atau tidak.. dan yah memang ini adalah satu-satunya cara efektif untuk  mengukur kemampuan siswa se-Indonesia. “Apakah belajar belasan tahun harus diuji hanya dalam sehari?” nah itu kata-kata yg sering dilontarkan di sana sini.. Berpikir positif aja bro, buat apa lo sekolah belasan tahun kalau lo diuji sehari aja  udah protes (?)
Persiapa menjelang UN : jujur bingung harus mulai dari mana, pelajaran tambahan yg diupayakan sekolah seringkali disia-siakan oleh anak SMA yg satu ini, tak jarang malah molor waktu guru memberi materi -_- jangan ditiru! ini adegan yg dilakukan pada saat yg tepat dan penuh tipuan agar tidak muncul ke permukaan.. aduh ribet. Mengetahui bahwa persiapan dari segi akademik memang minim, si anak ini pun mengupayakan untuk memohon kepada Tuhan sebanyak-banyaknya, tidak terbayang berapa permohonan yang telah ia buat . 
Kegalauan si anak pun mengalami surplus eh peningkatan ketika banyak tersebar isu tentang kebocoran soal UN, bukan sekadar isu miring.. ternyata hal ini telah menjadi rahasia umum. Banyak tawaran di sana-sini, mulai dari yang menggunakan materi sampai yang sangat menggiurkan free ongkir, gratis. Tidak sampai hati untuk menghakimi siapa pun dikarenakan hal ini terjadi kemungkinan karena tekanan yang amat kuat dan rasa percaya diri yang kurang.
Bukannya merasa pede atau memiliki persiapan yang banyak, Si anak berpikir sejenak…. Apakah ia harus belajar namun tak jelas apakah nanti ia bisa menjawab sementara sebagian kawan yg lain tetap belajar namun sudah jelas mereka akan mendapat bocoran eits ember kali bocor. Setelah melewati pertapaan di sebuah gua di bawah gunung maksudnya perenungan yg cukup lama… berbekal modal nekat dan dorongan dari berbagai pihak si anak pun luntang lantung tak jelas untuk mengorek materi-materi pelajaran, belajar bersama dengan salah seorang kawan, mencari motivasi sampai dunia maya.. sampai-sampai nasihat super pak Mario pun belum mampu menghentikan kegalauannya.
Jreng jreng jreng…. H-1 UN. Bukannya belajar malah melamun mencari wangsit eh bingung hendak melakukan apa,  apa yg menjadi factor utama kegalauan ada di depan hidung eh mata. Ini adalah ujian pertama yang sangat menguras pikiran, kalau diibaratkan penyakit, kagak ada penawarnya *lebay  Pada malam harinya ana ini mencoba untuk meningkatkan rasa pede, banyak yang mengatakan bahwa soal-soal UN jauh lebih sederhana dari soal uji coba. Semangatnya pun terus memuncak tapi sejujurnya terselip getir ketakutan di benaknya. Ia berharap semoga apa yg diperbincangkan memang benar adanya. Untung saja hal tersebut tidak terbawa dalam mimpi si anak.

Selamat pagi, Harap tenang ada ujian!
Disapa spanduk “Harap tenang ada ujian” seketika memasuki gerbang sekolah, nyali si anak sedikit ciut.
Bel berbunyi ujian pun dimulai, setelah komat kamit melafalkan doa-doa guna kemudahan mengerjakan soal, si anak pun membuka lembar pertama soal ujian Bahasa Indonesia yg diujikan di hari pertama UN. Ia tidak terlalu khawatir dengan pelajaran yang satu ini, yang membuat ia menahan napas adalah pelajaran eksak yang memerlukan rumus dan perhitungan. Benar saja, esok harinya ia keluar ruang ujian dengan berjalan sempoyongan dengan raut wajah memucat ketika mata pelajaran matematika selesai diujikan. Ia mengutuk semua orang yang telah ia percayai yang mengatakan bahwasanya soal UN jauh lebih sederhana, ia bahkan tak pernah berpikir bahwa salah satu materi yg telah dikuasainya dalam pelajaran tersebut akan disajikan soal semacam itu, jauh dari ekspektasi… Untuk hari selanjutnya kalian bisa membayangkan sendiri -_- 
Perlu diketahui UN bukan mimpi seburuk itu, si anak pun pasrah dengan hasilnya dan benar saja, memang tidak cukup baik tapi cukup memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Nilai ini pula yg menghantarkan si anak lulus suatu seleksi nasional.. keadilan itu memang ada. 
Semoga pengalaman pascaUN dapat dituangkan dalam postingan selanjutnya, percayalah ceritere ketika mengikuti berbagai seleksi masuk universitas jauh lebih seru dan menguras pikiran, tentunya jika kalian berminat.

Percayalah apa yang dilakukan dengan cara yang benar akan mendatangkan hasil yang benar pula, untuk apa mencari imej di mata manusia sementara di mata Tuhan tidak sebaik itu. UN bukan akhir dari segalanya. Persiapkan diri sejak awal! :)

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Gue orang pertama (dan satu-satunya) yang komentar :v :)

    ReplyDelete
  3. wahh.. gue harus kasi penghargaan nih :D

    ReplyDelete