Pages

Thursday, 11 April 2013

Contoh KIR Pemanfaatan Ramuan Lukas sebagai obat sesak napas



 Karya Ilmiah Remaja
oleh : Zahira Rufaida, Anisa Noviana, Savitri Indrasari
 
Pemanfaatan Ramuan Lukas(benalu, kencur, adas, beras) sebagai obat sesak napas 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Segala sesuatu di alam ini diciptakan oleh Allah SWT bukan tanpa maksud dan tujuan tertentu. Semuanya memiliki peran tersendiri dan tetunya bermanfaat. Tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Allah SWT yang telah kita ketahui mempunyai banyak khasiat atau kegunaan. Dalam kehidupan sehari-hari, tumbuh-tumbuhan berperan sebagai  bahan pangan bagi mausia untuk mencukupi asupan nutrisi, vitamin, gizi maupun protein nabati. Tidak hanya itu, tumbuh-tumbuhan juga dapat menghasilkan oksigen (O2) yang berguna bagi manusia untuk melakukan respirasi (bernapas) sehingga dapat terus bertahan hidup.
            Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora atau tumbuh-tumbuhannya. Berbagai jenis spesies tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh subur di bumi Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak pada 6° LU-11° LS  95° BT-141° BT sehingga Indonesia beriklim tropis, yaitu hanya terdapat dua musim. Masyarakat tidak perlu khawatir akan kekurangan asupan nutrisi dari tumbuh-tumbuhan, asalkan mereka bisa memanfaatkan hasil alam dengan baik. Kenyataan bahwa manusia dan alam sangat berdampingan dan saling membutuhkan dalam hal kelestarian, manusia sangat membutuhkan hasil alam seperti tumbuh-tumbuhan dan alam pun membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya.
            Sejak zaman dahulu, nenek moyang bangsa Indonesia memanfaatkan hasil alam yaitu tumbuh-tumbuhan untuk bertahan hidup dan sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini dilakukan ketika belum ada pelayanan kesehatan formal dan obat-obatan modern serta kemampuan berpikir pun masih sangat dangkal dan sangat tergantung dengan alam, masyarakat sudah memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan obat dan ramuan tradisional. Sampai sekarang ini, orang-orang tua masih menggunakan ramuan tradisional nenek moyang mereka sebagai obat alternatif mengobati berbagai macam penyakit.
Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun temurun. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Heyne (1987) bahwa jumlah tumbuhan di Indonesia yang pernah digunakan sebagai obat-obatan oleh masyarakat mencapai 1.040 jenis yang sebagian besar diantaranya terdapat di dalam hutan tropis..
Tumbuh-tumbuhan yang dijadikan obat sangat banyak macam dan cara pengolahannya. Tumbuh-tumbuhan yang dijadikan obat biasanya diolah dengan cara sederhana dalam bentuk ramuan tradisional. Salah satunya adalah ramuan “Lukas” atau yang dikenal oleh masyarakat dengan apus atau penawar. Masyarakat di desa Batuyang Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur dan sekitarnya meyakini bahwa ramuan Lukas berkhasiat menyembuhkan penyakit sesak napas. Ramuan yang berbahan benalu, kencur adas dan beras ini diracik dengan sederhana dan masih sangat tradisional.  Ramuan ini  dimanfaatkan sebagai obat alternatif  mengobati sesak napas yang mudah dan murah.
Salah satu bahan pembuatan ramuan lukas yaitu benalu, benalu merupakan sekelompok tumbuhan parasit obligat yang hidup dan tumbuh pada batang (dahan) pohon tumbuhan lain dengan cara menempel dan menyerap makanan dari tumbuhan yang ditumpanginya (inangnya). Bahan lainnya yaitu kencur yang tergolong ke dalam kelas jahe-jahean (Zingiberaceae) dan adas merupakan herba tahunan dengan bau aromatis biasanya dijadikan bumbu dapur serta  beras yang merupakan bahan makanan pokok.
Pada umumnya bahan-bahan tersebut sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benalu sering dijumpai di pepohonan dan dianggap sebagai parasit atau tumbuhan pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman inangnya. Adas dan kencur  dikenal sebagai bumbu dapur untuk menambah citarasa dan aroma pada makanan . Begitu pula dengan beras yang sehari-harinya menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun jika ditinjau dari segi manfaatnya untuk kesehatan, kandungan yang ada dalam bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat bagi manusia.
Ditinjau dari peranannya dalam kehidupan sehari-haru serta potensi yang dimiliki bahan-bahan tersebut, kami tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang khasiat lain yang dimiliki bahan-bahan tersebut jika diolah sebagai suatu ramuan, dalam hal ini “ramuan Lukas sebagai obat sesak napas” sehigga tumbuhan-tumbuhan ini tidak hanya dilihat dari fungsinya sebagai bahan pangan serta parasit (benalu) saja namun memiliki banyak sekali manfaat di bidang kesehatan, di samping itu kami sebagai pemuda pemudi Indonesia ingin memanfaatkan secara optimal keanekaragaman hayati Indonesia berupa tanaman obat karena pengetahuan tentang tanaman obat merupakan budaya bangsa turun temurun yang harus dilestarikan, diperdalam bahkan diperbanyak lagi.



B.    Batasan Masalah
1.    Penelitian ini hanya dilakukan pada ramuan Lukas dengan bahan-bahan yang bebas  hama dan pestisida.
2.    Dalam penelitian ini hanya digunakan benalu yang terdapat di pohon kedondong.
3.    Dalam penelitian ini ramuan Lukas tidak digunakan pada orang dewasa atau lanjut usia.
4.    Ramuan Lukas  digunakan untuk mengobati sesak napas karena alergi.
C.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana cara pembuatan ramuan Lukas (Benalu, kencur, adas dan beras) sebagai obat tradisional mengobati sesak napas?
2.    Mengapa ramuan Lukas dapat dijadikan obat sesak napas?

D.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui cara pembuatan ramuan Lukas sebagai obat tradisional mengobati sesak napas.
2.    Untuk mengetahui mengapa ramuan Lukas  dapat dijadikan sebagai obat sesak napas.

E.     Manfaat Penelitian
1.    Bagi pemerintah, semoga dengan adanya penelitian ini, pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja baru berupa usaha penangkaran tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat di desa-desa.
2.    Bagi masyarakat, semoga dengan adanya penelitian ini  masyarakat dapat lebih optimal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungannya, tidak haya sebagai bahan pangan, tapi juga untuk kesehatan. Masyarakat tidak memandang benalu sebagai parasit yang tidak berguna saja, tetapi dapat memanfaatkan tumbuhan benalu  sebagai obat.
     Masyarakat dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi obat-obatan atau ramuan tradisional bagi kesehatan, khusunya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan formal.
3.    Bagi peneliti, peneliti dapat memperdalam pengetahuan tentang khasiat tumbuh-tumbuhan di lingkungan sekitar dan dapat memanfaatkannya secara optimal serta dapat melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati khususnya tanaman obat.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Benalu (Loranthus Sp.)
1.  Sejarah Singkat Benalu
Seringkali kita mendengar benalu identik dengan hal yang merugikan, akan tetapi kata benalu yang di bahas kali ini adalah nama sebuah tumbuhan yang sebenarnya berperan juga sebagai tanaman obat. Nama tanaman benalu berasal dari nama Belanda, yaitu Parasiet dan memiliki nama lain yaitu Pasilan, Kemladean (bahasa Jawa) dan Loranthus (bahasa Latin).
Tanaman benalu adalah jenis tumbuhan yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain, yaitu pada daerah dahan-dahan pohon kayu, sehingga keberadaannya pun tidak memerlukan tanah sebagai media tanam. Benalu memiliki biji buah yang mengandung getah dan dengan melalui biji benalu berkembangbiak.
Berdasarkan pengalaman yang dilakukan oleh nenek moyang kita, setiap tumbuhan atau inang yang ditempeli Benalu akan mempunyai khasiat tertentu misalnya, benalu yang menempel pada pohon jeruk nipis dapat digunakan sebagai ramuan obat untuk penyakit amandel dan jenis benalu pada umumnya dapat dimanfaatkann sebagai obat Campak (http://www.hanyasekedarinformasi.com/2012/08/benalu.html).

2.  Klasifikasi dan Ciri Morfologi
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Santalales
Famili              : Loranthaceae
Genus              : Loranthus
Spesies             : Loranthus sp  (http://mjumani.blogspot.com/2008/10/morfologitumbuhan.html).
Nama lokal      : dalu-dalu, mendalu (Sumatera), mangandeuh (Jawa Barat), Kemladehan (Jawa Tengah), benalu (Indonesia), megandi (Sakra), apus/penawar (Batuyang)
Benalu dapat dijumpai dengan mudah pada pohon-pohon besar di daerah tropis. Biji tumbuhan ini pada buahnya menghasilkan getah seperti lem berbentuk jeli yang lengket. Bunga benalu berkelamin tunggal biji buahnya mengandung getah. Pengembangbiakannya melalui binatang atau burung yang memakan biji buah benalu tersebut. Proses pengembangbiakannya sangat sederhana, biji benalu yang bergetah itu dimakan binatang atau burung. Kemudian biji benalu tersebut melekat di dahan dahan kayu bersama dengan kotoran burung yang memakannya, dan tumbuh di dahan itu (http://nira15.blogspot.com/2012/06/benalu-loranthus.html).

3.  Kandungan Benalu
Daun dan batang benalu megandung alkaloida, saponin, flavonoid, asam amino dan tanin.

B.    Adas (Foeniculum vulgare)
1.   Ciri Morfologi
                   Adas merupakan herba tahunan. Tinggi tanaman yang telah berbunga mencapai 1,5 – 2 meter. Tanaman ini mempunyai 3 – 5 batang tegak yang berasal dari tunas-tunas yang tumbuh di pangkal batang. Daunnya berbentuk jarum dengan pelepah berwarna putih dan baunya sangat aromatis. Bunganya berupa bunga majemuk bentuk payung yang berwarna kuning cerah. Buahnya berwarna kekuningan/hijau keabu-abuan, bila telah tua akan pecah dengan ukuran antara 4 – 10 mm dengan bau aromatis.
Nama lokal : adas (Jawa, Melayu, Indonesia), hades (Sunda), adhas (Madura), adas manis (Minangkabau), walawunga (Sumba), adase (Bugis), remppusa (Makasar), daspedas (Aceh).

2.  Kandungan Adas
Adas mengandung minyak atsiri (Oleum Foeniculi) 1 – 6%, mengandung 50 – 60% anetol, lebih kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, 12% minyak lemak, gula, umbelliferon dan stigmasterin.



C.    Kencur (Kaempferia galangal)
1.  Ciri Morfologi
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah.Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan.
Secara umum dikenal 2 tipe kencur, yaitu jenis berdaun lebar dan berdaun sempit. Daun tunggal, berwarna hijau, bentuk jorong, pangkal daun membulat, ujung daun runcing, panjang antara 8 – 10 cm, lebar antara 4 – 7 cm. warna tangkai hijau sampai hijau kemerahan. Rimpang bersisik, kulit berwarna cokelat, bagian dalam berwarna putih, aroma tajam sampai kurang tajam.

2.  Kandungan Kencur
            Rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom (http://obatherbalnusantara.wordpress.com/2012/03/31/manfaat-rimpang-kencur-bagi-kesehatan/).

D.    Beras
1.  Ciri Morfologi
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%).

2.  Kandungan Beras
Kandungan beras yaitu pati, protein, vitamin, mineral dan air.




E.     Sesak Napas (Dyspnea)
1.  Definisi Sesak Napas
Dyspnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma, kecemasan) (Price dan Wilson, 2006).

2.   Penyebab Sesak Napas
a.    Asma, batuk, mengi.
b.    Infeksi paru (pneumonia) yang menyebabkan batuk, panas, sesak napas.
c.    Alergi (pembengkakan pada tenggorok yang menyebabkan terjadinya sumbatan) riwayat makan makanan yang menyebabkan alergi (seafood, kacang, telur, dll).
d.   Sakit jantung (disertai nyeri dada).
e.    Trauma dada (kecelakaan yang mengenai dada) berupa riwayat benturan keras di daerah dada, sesak napas, nyeri dada, ada kerusakan pada dada (patah tulang), perdarahan.
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:
1.       kontraksi otot polos
2.       peningkatan pembentukan lendir
3.       perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin.Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
3.   Gejala Sesak Napas
a.    Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa >20x/menit; anak >30x/menit;  bayi>40x/menit).
b.    Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari.
c.    Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, mengi.
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Sedangkan, penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti  populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2007) dalam (http://taliabupomai.blogspot.com/2010/10/penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif.html)

B.    Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini  dilakukan di Sandubaya, Kec. Selong, Kab. Lombok Timur  selama ± 5 bulan. Mulai pada tanggal 5 November 2012 sampai 17 Maret 2013. Uraian jadwal kegiatan terlampir (Tabel 1.1).

C.    Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 orang yang menderita sesak napas.

D.    Metode Kerja
a.   Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Tumbuhan benalu kedondong
2.    Beras (telah direndam sebelumnya).
3.    Kencur.
4.    Adas.
5.    Air hangat sebagai pelarut
6.    Kapsul kosong
7.    Kain hitam
b.  Alat Penelitian
Adapun alat-alat yang diperlukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1.2
Alat Penelitan
No
Alat
Fungsi
1.       
2 buah baskom
Tempat meletakkan dan mencuci tumbuhan benalu, kencur dan adas, serta tempat merendam beras.
2.       
Cobek batu
Penghalus tumbuhan benalu, beras, kencur dan adas
3.       
Pisau
Untuk mengupas adas
4.       
Penumbuk obat
Untuk menghaluskan ramuan yang telah kering menjadi bubukan.
5.       
Timbangan dapur
Pengukur/penimbang bahan-bahan yang diperlukan.
6.       
Gelas ukur
Wadah pengukur volume air yang dibutuhkan.
7.       
Pengayak
Pengayak ramuan yang telah menjadi bubukan.
8.       
Kapsul kosong
Kemasan ramuan.
9.       
Nampan
Wadah penjemuran bahan-bahan.
10.   
Kain hitam
Penutup ramuan saat dijemur untuk menyerap dan menghantarkan panas matahari, agar ramuan cepat mengering.

















E.     Alur Penelitian
Alur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1.    Pengumpulan benalu, adas, kencur dan beras
2.    Pemilihan.
3.    Pembersihan.
4.    Eksperimen I.
5.    Eksperimen II.
6.    Eksperimen III


F.     Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara urut dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Tahap persiapan
a.    Pengumpulan benalu dari pohon kedondong yang didapat di daerah Selong, Lombok Timur.
b.    Menyiapkan  kencur dan adas yang didapat dari pasar tradisional.
c.    Menyiapkan beras.
d.   Pemilahan benalu, kencur, adas dan beras yang masih dalam keadaan baik.
e.    Pembersihan benalu, kencur, adas dan beras.
f.     Perendaman beras
2.    Eksperimen I
a.    Penghalusan semua bahan dengan menggunakan cobek batu.
b.    Pembentukan semua bahan yang telah halus menjadi bulatan-bulatan kecil.
c.    Penjemuran bahan.
3.    Eksperimen II
a.    Penjemuran benalu, adas dan kencur.
b.    Penghalusan semua bahan menggunakan blender.
c.    Pengemasan dalam kapsul kosong.
4.    Eksperimen III
a.    Penghalusan semua bahan dengan menggunakan cobek batu.
b.    Pembentukan semua bahan yang telah halus menjadi bulatan-bulatan kecil.
c.    Penjemuran bahan.
d.   Penghalusan kembali bahan yang telah kering.
e.    Pengemasan dalam kapsul kosong

G.    Teknik Pengumpulan Data
1.    Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode atau teknik penelitian untuk mengumpulkan informasi atau data dengan melakukan pengumpulan, pemilihan, pengolahan bukti, dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lainnya).
Dokumentasi dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai pendukung dari data-data hasil eksperimen yang telah dilakukan.

2.    Eksperimen
            Eksperimen adalah suatu metode yang di dalamnya dilakukan suatu kegiatan percobaan dengan tujuan untuk mendapatkan data ataupun produk yang dibutuhkan dalam penelitian.
            Eksperimen dalam penelitian ini bertujuan untuk mengolah Ramuan Lukas menjadi obat herbal dalam bentuk yang menarik, efektif dan praktis, dengan khasiat untuk mengatasi penyakit sesak nafas. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini, ialah sebanyak 3 kali.

3.    Wawancara
Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang berpengalaman, atau pernah memanfaatkan ramuan Lukas sebagai obat sesak napas, juga dengan beberapa orang yang mengetahui cara pengolahan produk yang akan peneliti coba untuk membuatnya.

H.    Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu teknik yang dilakukan dengan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Cara Pengolahan Ramuan Lukas Sebagai Obat Sesak Napas
1.    Pengolahan Secara Tradisional
Masyarakat tradisional masih tergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan, tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal pun sering digunakan sebagai obat alternatif untuk menjaga kesehatan. Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat dimanfaatkan sebagai alternatif  pengganti obat obatan modern. Masyarakat tradisional  mengolah tanaman obat dengan menggabungkan beberapa tanaman obat menjadi ramuan ramuan. Walaupun dengan pengolahan yang sederhana dan tradisional, khasiat obat-obatan tersebut diyakini mujarab dan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Salah satu ramuan tersebut adalah ramuan “Lukas” yang dikenal sebagai apus atau penawar.
Masyarakat tradisional mempercayai khasiat ramuan “Lukas” sebagai obat untuk mengobati sesak napas. Cara pengolahannya pun tergolong sederhana, yaitu melalui tahap-tahap sebagai berikut.
a.    Benalu, kencur, adas dan beras dicuci bersih.
b.    Beras direndam selama kurang lebih 30 menit.
c.    Semua bahan dihaluskan
d.   Setelah halus, ramuan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil
e.    Kemudian dikeringkan selama 3 hari.
f.     Ramuan dituangkan air hangat lalu diminum

2.    Pengolahan Alternatif Ramuan “Lukas” sebagai Obat Sesak Nafas
Dalam penelitian ini, selain dilakukan berbagai kegiatan pengumpulan materi, juga dilakukan proses uji coba atau eksperimen sebanyak tiga kali, yaitu sebagai berikut.
a.    Eksperimen I  pada tanggal 5 Maret 2013
Bahan-bahan: Benalu kedondong, kencur, adas dan beras
Langkah-langkah:
1.    Semua bahan dicuci bersih.
2.     Mengupas kencur
3.    Merendam beras selama kurang lebih 30 menit.
4.    Semua bahan dihaluskan.
5.    Ramuan yang telah halus dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil.
6.    Ramuan dijemur selama 2-3 hari (tergantung cuaca)
7.    Ramuan yang telah kering dihaluskan kembali sampai menjadi bubukan
b.    Eksperimen II pada tanggal 7 Maret 2013
1.    Semua bahan dicuci bersih.
2.    Mengupas kencur
3.    Merendam beras selama kurang lebih 30 menit.
4.    Semua bahan dihaluskan.
5.    Ramuan yang telah halus dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil.
6.    Ramuan dijemur selama 2-3 hari (tergantung cuaca)
7.    Setelah kering, ramuan dihaluskan kembali
8.    Ramuan dikemas ke dalam kapsul kosong
c.    Eksperimen III pada tanggal 9 Maret 2013
1.    Pengumpulan benalu kedondong, kencur, adas dan beras
2.    Semua bahan dicuci bersih.
3.    Mengupas kencur
4.    Merendam beras selama kurang lebih 30 menit.
5.    Semua bahan dihaluskan.
6.    Ramuan yang telah halus dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil.
7.    Ramuan dijemur selama 2-3 hari (tergantung cuaca) dengan ditutupi kain hitam
8.    Setelah kering, ramuan dihaluskan kembali
9.    Kemudian diayak sampai halus
10.    Ramuan dikemas ke dalam kapsul kosong
Pada eksperimen ketiga, ada beberapa hal yang perlu dibahas lebih lanjut. Pertama, penjemuran dilakukan dengan tidak membiarkan daun terkena sinar matahari secara langsung. Hal ini bertujuan untuk menjaga kandungan-kandungan kimia dalam ramuan agar tetap terjaga. Kemudian  digunakan kain hitam sebagai penghalang untuk menghindari paparan sinar matahari langsung. Tindakan ini bertujuan agar ramuan dapat menerima panas secara maksimal dan waktu yang dibutuhkan untuk penjemuran lebih efektif. Hal ini dikarenakan warna hitam pada kain merupakan penyerap panas yang baik dan panas tersebut dapat dihantarkan pada ramuan yang berada di bawah naungan kain hitam tersebut.

Dalam penelitian ini, diputuskan untuk mengolah ramuan lukas dalam bentuk bubukan yang dikemas dalam kapsul dengan tetap mempertahankan manfaatnya sebagai obat sesak napas.
Keputusan ini tidaklah begitu saja ditentukan, melainkan karena ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu sebagai berikut.
a.    Kurang tepatnya pengolahan yang dilakukan pada eksperimen-eksperimen sebelumnya.
b.    Teknik pengolahan ramuan lukas menjadi bubukan dan dikemas dalam kapsul merupakan teknik yang cukup sederhana, praktis, dan efisien.
c.    Persoalan tentang citarasa tidak perlu dikhawatirkan lagi dan khasiatnya sebagai obat sesak napas tetap ada.
d.   Kelebihan olahan ramuan lukas yang menjadi serbuk dan dikemas dalam kapsul dibanding dengan olahan lainnya, yaitu sebagai berikut.
1)   Praktis dan mudah dibawa.
2)   Tidak perlu khawatir tentang citarasa, karena saat dikonsumsi, kapsul dapat diminum menggunakan air putih atau pun dengan bantuan buah-buahan.
3)   Tanpa efek samping, karena tidak tercampur dengan bahan kimia apa pun selain bahan kimia yang tercampur dalam bahan-bahan ramuan.
4)   Khasiat sebagai obat sesak napas tetap terjaga.

B.     Pengujian Hasil Olahan Ramuan Lukas
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian langsung olahan ramuan Lukas terhadap penderita sesak napas. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Hari
Perubahan
Sampel I
Sampel II
I
Tidak ada perubahan, napas masih sesak
Sesak berhenti hanya sementara lalu timbul lagi
II
Napas masih sesak, namun tidak sesering sebelumnya
Napas masih sesak, namun tidak sesering biasanya
III
Dalam sehari hanya 1 kali sesak
Dalam sehari napas sudah mulai lega dan tidak kambuh lagi
IV
Napas sudah mulai lega dan tidak sesesak sebelumnya
Napas sudah normal seperti biasa dan tidak terasa sesak
V
Sesak napas sudah tidak kambuh lagi

Keterangan :
Sampel 1  : Penderita sesak napas yang diberikan ramuan Lukas.
Sampel II : Penderita sesak napas yang diberikan obat sesak napas.

C.     Pembahasan
Setelah diberikan perlakuan berbeda  terhadap dua orang sampel yang menderita sesak napas dengan kondisi dan jenis yang sama, sampel yang diberikan obat sesak napas biasa lebih cepat sembuh daripada sampel yang diberikan ramuan Lukas. Hal ini terbukti dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing sampel. Obat sesak napas biasa menimbulkan reaksi yang lebih cepat daripada ramuan Lukas. Pada hari pertama setelah pemberian masing-masing obat, sesak napas pada sampel 2 dapat berhenti walau tidak bertahan lama. Sementara itu, pada sampel 1 tidak terjadi perubahan apa pun, napas masih terus sesak dan tidak berhenti. Pada hari kedua, masing-masing sampel menunjukkan perubahan yang sama. Keadaan sampel 1 dan sampel 2 sama-sama masih terasa sesak namun tidak sesering sebelumnya. Pada hari berikutnya sampel yang diberikan obat sesak napas biasa dalam sehari sudah tidak mengalami sesak dan napas sudah mulai lega, sementara sampel yang diberikan ramuan Lukas juga mengalami perubahan yang tidak jauh berbeda. Dalam sehari, hanya mengalami satu kali sesak napas. Pada hari keempat, kedua sampel telah menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Sampel yang diberikan obat sesak napas biasa tidak mengalami sesak lagi dan napas sudah normal seperti biasa. Oleh karena itu sampel 2 dinyatakan sembuh. Lain halnya dengan sampel yang diberikan ramuan Lukas, walaupun napas sudah terasa lega, napas masih sedikit sesak, namun tidak sesesak biasanya. Barulah pada hari kelima sampel dengan ramuan Lukas tidak terasa sesak lagi dan dapat bernapas secara normal. Oleh karena itu sampel yang diberikan ramuan Lukas dinyatakan sembuh  pada hari kelima setelah pemberian ramuan.
Menurut penelitian peneliti, ramuan Lukas dapat menyembuhkan sesak napas karena kandungan-kandungan yang terdapat dalam bahan-bahan ramuan berkhasiat untuk menyembuhkan sesak napas.
Penyakit sesak napas  biasanya disebabkan oleh alergi, faktor keturunan. Jika dihubungkan dengan kandungan yang terdapat dalam olahan ramuan lukas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut.
1.    Pada kajian pustaka, disebutkan bahwa bahan-bahan dalam ramuan lukas mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, minyak atsiri, asam amino dan pati. Tanin bersifat sebagai astringent, yang melapisi mukosa usus khususnnya usus besar. Tanin juga merupakan penyerap racun dalam tubuh, serta menggumpalkan protein. Sedangkan flavonoid memiliki beberapa manfaat, yaitu meningkatkan efektivitas vitamin C, dan sebagai anti-inflamasi (antiradang). Tanin dan flavonoid berfungsi sebagai antiseptik dan antibekteri, sehingga dapat membunuh bakteri yang ada pada saluran napas.
2.    Alkoloid berperan sebagai relaksan otot dan bronkodilator. Fungsi alkoloid sebagai relaksan otot  dapat  merilekskan otot­otot pernapasan. Bronkodilator adalah obat yang mempunyai efek antibronkokonstriksi. Βronkokonstriksi artinya terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan penyempitan dari saluran pernapasan. Bronkodilator dapat mengembalikan obstruksi jalan napas pada asma. Cara kerjanya adalah melalui efek langsung obat pada otot polos saluran napas. Bronkodilator dapat diberikan secara enteral, parenteral, atau inhalasi. Obat-obat tersebut mempunyai indeks terapeutik yang lebih baik bila diberikan sebagai aerosol daripada parenteral atau enteral.
3.    Minyak atsiri digunakan untuk pengobatan kulit, saluran pernapasan, asma, bronchitis, rematik, selulit, kegemukan,  dan problem menopause.
4.    Pati, lemak, asam organik dan protein  dapat bertindak sebagai substrat respirasi. Energi yang dilepaskan selama respirasi terhimpun dalam ATP, dan digunakan utk berbagai proses esensial dalam kehidupan.
Berdasarkan uraian di atas, maka ramuan lukas dapat dijadikan sebagai obat herbal untuk mengobati sesak napas. Karena mengandung tannin, flavonoid, alkoloid, minyak atsiri, pati, lemak, asam organik dan protein. Olahan ramuan Lukas yang paling cocok dijadikan sebagai obat herbal sesak napas yaitu olahan berupa bubukan yang dikemas dalam kapsul. Hal ini didasarkan pada beberapa eksperimen yang menunjukkan bahwa olahan ramuan Lukas dalam bentuk bubukan yang dikemas dalam kapsul sangat praktis dan mudah diawa serta tidak perlu khawatir tentang citarasa dan aroma ramuan.
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian kandungan ramuan lukas secara langsung di laboratorium. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu pengujian, sehingga peneliti hanya mengetahui kandungan-kandungan dalam bahan-bahan ramuan lukas yang ada dalam literatur maupun internet.





















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Secara tradisional, masyarakat masih memanfaatkan apus/penawar  sebagai obat alternatif untuk mengobati sesak napas. Cara mengkonsumsinya sangat sederhana yaitu dengan dimasukkan ke dalam segelas air hangat lalu diminum. Dengan cara ini,  ramuan Lukas masih memiliki rasa dan bau yang kurang sedap. Oleh karena itu, dilakukan pengolahan alternatif yakni mengolah daun muda jambu mede menjadi bubukan dan dikemas dalam kapsul. Kelebihan hasil olahan berbentuk kapsul ini adalah aroma ramuan tidak tercium serta ramuan tidak berasa lagi dan mudah dibawa. Bagi mereka yang tidak bisa mengkonsumsi kapsul menggunakan air putih, kapsul dapat dikonsumsi  dengan bantuan buah-buahan.
2.    Ramuan Lukas dapat digunakan sebagai obat sesak napas karena mengandung tanin, flavonoid, minyak atsiri, alkoloid, pati, lemak, asam organik dan protein.


B.    Saran
1.    Pembuatan olahan ramuan Lukas dalam bentuk kapsul, harus memperhatikan lama pengeringan ramuan, jangan sampai ramuan tidak kering sempurna karena akan berpengaruh terhadap jangka waktu pengkonsumsian.
2.    Ramuan Lukas sebaiknya disimpan di tempat yang kering atau tidak lembab agar ramuan tidak berjamur.
3.    Diperlukan studi lebih lanjut untuk dapat memproduksi ramuan Lukas dalam bentuk kapsul dengan jumlah yang besar.
4.    Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan ramuan Lukas.



No comments:

Post a Comment